Modal Rp 500 Ribu Anita Jual Baju Bekas hingga Kantongi Puluhan Juta

Akhir-akhir ini thrift shop populer di kalangan masyarakat terlebih kaum muda. Sesuai bersama rubrik detikFinance ‘Saatnya Jadi Bos’, Anita Novianti pun benar-benar menjadi bos di bisnisnya sendiri sebagai penjaja baju thrift bersama nama Lapak Omah 90’s.

Ketertarikan Anita untuk berbisnis di baju bekas ini ternyata berawal dari hobinya untuk thtifting (mencari baju second) dan digunakan secara pribadi. Selain dikarenakan dijual bersama harga miring, mutu dan tipe pun tak kalah saing bersama merek ternama.

“Kalau ketertarikan sih, barangkali emang sebelum jualan telah tertarik aja serupa barang-barang thrift ya, soalnya kan telah harganya murah tipe nggak dapat pasaran, nah di situ sih titik yang bikin tertariknya,” ujar Emon, sapaan akrab Anita sementara berbincang bersama detikcom, Selasa (24/8/2021) lalu.

“Awalnya nge-thrift bikin kebutuhan pribadi aja kan, nah lama-lama ternyata thrift jadi merambat nih banyak yang jualan di online, soalnya dulu kan thrift masih kaya dipandang sebelah mata ya dikarenakan barang bekasnya itu. Pas telah masuk ke online ternyata thrift naik kualitasnya, disitu jadi tertarik, disempurnakan harga jualnya ya memadai tinggi dibanding harga modal (dulu),” katanya menambahkan.

Dia mengatakan, telah menjajaki bisnis baju bekas sejak duduk di bangku kuliah tepatnya th. 2017 di daerah tinggalnya, Kota Bandung. Namun sementara itu, sempat berhenti {beberapa|sebagian|lebih dari satu} bulan dan jadi kembali terhadap akhir 2018.

Jatuh bangun dunia bisnis pun ia lalui dari jadi jadi banyaknya saingan pedagang thrift shop sampai kendala pemasaran. Selama ini, ia mengandalkan pemasaran dari Instagram.

“Kalau sekarang harga modal telah mahal sih beda, dikarenakan jadi banyak orang yang terjun di thrift shop menjadi aja penjaja pasar seenaknya naikin harga di pasar. Waktu awal pandemi, sukar banget mampu barang soalnya barang dari luar terhadap ketahan nggak mampu masuk ke sini, itu bikin mampu barang kesulitan di pasar, tetap harga mahal. Abis itu Instagram sekarang insight-nya naik turun, nah itu termasuk sih yang bikin sulit, soalnya penjualan mampu naik turun terkecuali insight kembali kacau,” tuturnya.

Meski begitu, Emon mampu melalui tantangan tersebut bersama konsisten terhadap bisnis thrift shop-nya. Bahkan pengirimannya pun telah merambah ke luar daerah seperti Papua, Kalimantan, Sumatera sampai ke Aceh.

“Alhamdulillah awal pandemi rame banget (pembeli), aku mampu ngerasain sih tambah ya lapakomah tuh pertama naik dikarenakan Corona, bener-bener ada berkahnya banget sebenernya dari followers (Instagram) 40 ribu gitu, tiba-tiba rame sampe 100 ribu sekarang, cepet banget pokoknya,” imbuhnya.

Dia menuturkan, modal awal bisnis thrift shop yang ia lakoni cuma berkisar Rp 500 ribu. Kini, di usianya yang menginjak 24 tahun, ia telah mampu meraup omzet sekitar Rp 40 juta dalam sebulan dan mempekerjakan satu orang. Dia berharap, ke depan mampu mengembangkan usahanya sampai membawa merek sendiri.

“Pengin punyai merek sendiri, soalnya kaya nggak yakin thrift shop dapat bertahan lama, makanya kemarin-kemarin sempat mikir kudu dari sekarang punyai bisnis lain, biar nggak fokus satu aja, kepikirannya masih di fashion sih, makanya pengin punyai merek clothing sendiri,” tandasnya.